Berita  

Tajir Melintir, Punya Duit Tak Berseri, Usahanya Dilarang di Sumatera Barat, Siapa Dia?

Salah satu Indomaret. (kompas.com)
Salah satu Indomaret. (kompas.com)

JAKARTA-Sosok pengusaha yang satu ini tajir melintir. Punya duit tak berseri. Dia adalah bos Indomaret, Anthony Salim.

Indomaret merupakan ritel yang tersebar hampir di semua provinsi di Indonesia, kecuali di Sumatera Barat. Ritel dengan konsep waralaba itu rutin memberikan promo pada masyarakat.

Kekayaan sang pemilik Indomaret itu tak main-main. Nyaris dua kali lipat APBD Jakarta. Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Jakarta pada 2024 mencapai Rp81,71 triliun.

Menurut data dari Forbes, kekayaan Anthony Salim dan keluarga mencapai US$ 10,3 miliar atau sekitar Rp165 triliun dan menempati peringkat ke-5 sebagai orang terkaya di Indonesia.

Lalu, berapa jumlah Indomaret di Indonesia?

Dikutip dari laman resmi, Indomaret memiliki 22.414 gerai di Indonesia per Februari 2024.

Indomaret pertama kali berdiri pada 1988. Pemiliknya adalah Anthony Salim. Namanya dikenal pula sebagai sosok di balik suksesnya bisnis Indomie. Tak ada orang yang tak kenal dengan Indomie dan merek lainnya yang dikeluarkan Indofood.

Baca Juga  Lelah dalam Perjalanan, Pemudik ke Sumbar Sebaiknya Hidupkan Sein Kiri, Menepi Sebentar

Selain mengelola jaringan retail Indomaret, Salim Group juga mengembangkan supermarket yang kini dikenal sebagai Superindo.

Dilarang di Sumatera Barat

Pemerintah provinsi memiliki alasan yang tegas dan lugas dalam melarang Indomaret dan Alfamart di Sumatera Barat. Pemerintah ingin melindungi usaha yang dijalankan rakyat Sumbar. Sebuah alasan yang masuk akal dan logis. Mantap bana.

Memang, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat tetap berkomitmen melarang beroperasinya ritel Alfmart dan Indomaret sebagai upaya melindungi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan pengusaha lokal.

“Kami tetap tidak memberi izin kepada kedua minimarket waralaba tersebut, karena bisa mematikan bisnis kecil dan pedagang tradisional di daerah,” kata Wakil Gubernur Audy Joinaldy menghadiri jumpa sahabat hebat Sampoerna Retail Community (SRC), Balai Pustaka Bukittinggi, Minggu (19/6/2022).

Kehadiran kedua minimarket waralaba ini dipercaya pemerintah provinsi bisa merusak ekonomi daerah Sumatera Barat dalam jangka panjang.

Menurutnya, Sumbar memiliki potensi yang cukup banyak yang bisa dikembangkan dan menjadikan sumber pendapatan oleh masyarakat yang sebagian besar pelaku ekonominya.

Baca Juga  Kulineran di Bukittinggi, Kadai Upiak Banun Sediakan Puluhan Menu untuk Sarapan

“Di Sumbar ada 593.100 UMKM di berbagai daerah. Produk-produk yang dihasilkan para pelaku usaha banyak diminati bahkan di negara lain,” ucapnya.

Hal yang dikhwatirkan dengan keberadaan Alfamart dan Indomaret, ritel itu menyebar ke seluruh daerah sampai ke pedesaan dengan harga barang yang bersaing. Jika hal tersebut terjadi, keberadaan minimarket modern akan membuat pelanggan tidak mau lagi mengunjungi warung atau toko kelontong, sehingga pedagang tradisional akan terasingkan dan merugi. (*)

Baca berita lainnya di Google News




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *