Berita  

Solusi Terbaik untuk Jalur Alternatif di Lembah Anai, Tuntaskan Tol, Dijamin Gak Ribet

Pembangunan Tol Padang-Sicincin terus dikebut guna mengejar target rampung Juli mendatang. (YouTube Minang Yes)
Pembangunan Tol Padang-Sicincin terus dikebut guna mengejar target rampung Juli mendatang. (YouTube Minang Yes)

PADANG-Solusi terbaik guna mencari jalur alternatif Kayu Tanam-Padang Panjang lalu ke Bukittinggi adalah tuntaskan pembangunan tol.

Solusi ini gak ribet. Sebab, itu proyek strategis nasional. Dananya tersedia, tinggal eksekusi. Soal perizinan di hutan lindung, itu urusan pemerintah.

Kewajiban pemerintah daerah dan masyarakat hanya pembebasan lahan. Kalau lahan tuntas, dijamin pekerjaan pembangunan jalan gak pakai lama.

Palembang-Lampung saja yang ratusan kilometer bisa kelar dalam waktu tiga tahun. Kalau proyek pemerintah, semua kelar dalam waktu singkat.

Sumbar telah lama meneruka tol, namun belum juga kelar-kelar, sementara di Riau sana sudah tiga kali gunting pita.

Jalur kuda beban

Tak banyak yang tahu, ternyata ada jalan yang dibikin alternatif dari Kayu Tanam ke Padang Panjang. Sepertinya, bukan Belanda yang bikin. Kalau Belanda yang bikin pasti dibeton, sehingga berbekas hingga kini.

Baca Juga  Ada 100 Tiket Mudik Gratis Bengkulu-Jakarta, Pemprov Gandeng Bus Putra Rafflesia

Jalan alternatif itu akan ditelusuri Kembali. Sebab, jalan itu merupakan jalur kuda beban oleh masyarakat lokal. Jalan itu ditelusuri kembali, mudah-mudahan ketemu titik koordinatnya dan dihidupkan lagi sehingga mampu jadi penyangga atau jadi jalur alternatif ketika ruas Utama Padang-Bukittinggi putus.

Jalan kuda beban itu terungkap Ketika audiensi Gubernur Mahyeldi Ansharullah dengan jajaran KAN Nagari Gunuang Kota Padang Panjang, KAN Nagari Guguak Kecamatan 2X11 Kayu Tanam dan KAN Nagari Anduriang, Padang Pariaman di Padang, Jumat (31/5/2024).

Gubernur mempertimbangkan usulan masyarakat untuk membangun jalan alternatif yang menghubungkan Kecamatan 2×11 Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman dengan Padang Panjang sebagai penyangga jalur Lembah Anai.

Kalau mau bangun jalan di ruas kuda beban yang ada di zaman Belanda, tetap saja butuh duit. Emangnya ada duit? (*)

Baca berita lainnya di Google News




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *