Menjadi seorang pemimpin bukanlah perkara mudah, meski dalam diri kita memiliki karakter pemimpin itu, namun belum tentu semua kita dipercaya untuk memimpin organisasi, lembaga atau di pemerintahan. Orang orang pilihanlah yang mampu mendapatkan kepercayaan masyarakat.
Kali ini penulis ingin memaparkan sepanjang perjalanan separoh dari kehidupan ini, sejak 1998 ketika kran reformasi terbuka luas dan perobahan sistem pemilu secara langsung dalam memilih pemimpin. Pengalaman kecil ini menjadi bagian penting yang perlu selalu disebarluaskan.
Tulisan ini adalah sebuah paparan dalam mengamati para pemimpin negeri ini, namun sangat jauh jauh dari persoalan politik yang mulai memasuki babak baru. Usai helat pemilihan legislatif (pileg) akan disambut dengan pemilihan kepala daerah (pilkada) di negeri ini. Sepengetahuan penulis ada beberapa karakter dalam kepemimpinan, karakter idola Anda yang mana?
Stagnasi kultural akan sulit siterabas, bila gaya gaya pemimpin negeri ini mulai dari pusat hingga daerah kian mencapai titik nadirnya, sebut saja seorang menteri dalam komunikasi yang tak lagi tergambarnya intelektual diri dan terkesan jeleknya dia dalam komunikasi.
Meski terkadang baik dalam public speaking, namun etika dalam berbahasa tak lagi menggambarkan kesantunan bangsa timur yang dikenal berbudaya. Begitu juga sebagian pejabat publik negeri ini kian memiriskan prilaku dan tara kramanya belum lagi dapat menjadi cerminan bagi rakyat yang dipimpinnya.
Mari kita coba mengulas dua karakter yang melekat dalam kepemimpnan, pertama adalah karakter seorang pemimpin, kedua karakter seorang penguasa. Karakter ini juga dapat diterapkan dalam memimpin perusahaan, organisasi maupun dalam organisasi besar pemerintahan. Kedua karakter ini juga sama sama memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Kita bahas karakter seorang pemimpin, karakter ini cukup menjadi idola banyak orang, sebab karakrer pemimpin itu adalah sosok yang arif dan bijaksana, kebijakannya akan lebih mengutamakan kepentingan umun dari kepentingan pribadi, kelompok dan golongannya.
Ia akan sangat hati-hati dalam mengambil keputusan, penuh kearifan, saling menghargai dengan bawahan, memiliki tutur kata yang santun, public speaking yang bagus dan sangat melekat intelektualitas dalam dirinya.
Karakter pemimpin itu akan mampu melahirkan inovasi dan kreasi kerja bawahannya. Terciptanya semangat dan kenyamanan bawahan dalam bekerja. Karakter ini tak ingin membangun manajeman konflik di tubuh organisasi yang dipimpinnya.
Karakter ini juga lebih didominasi para pimpinan negeri ini dari semua tingkatan, mulai dari kepala desa, bupati, gubernur dan perusahaan serta organisasi/lembaga. Bahkan ia juga berani dalam memberikan reward dan punishment bagi yang berprestasi baik.
Namun di sisi kelamahannya, karakter ini lebih mengedepankan musyawarah dalam mengambil keputusan, terkadang juga lambat dalam memutuskan dengan banyaknya pertimbangan dan masukan. Namun karakter ini sangat cocok menjadi pilihan kepemimpinan di tanah yang beradat dan berbudaya ini.
Karakter kedua adalah seorang penguasa juga melekat kepada pribadi sesorang dalam kepempinannya. Karakter penguasa ini banyak diterapkan di zaman kerajaan tempo doeloe.
Barangkali kurang relevan karakter ini diterapkan pada kepemimpinan di era demokrasi oleh orang orang timur. Meski saat ini ada satu dua orang yang melekat karakter ini pada seseorang dalam kepemimpinan. Ini sangat mempengaruhi situasional dan stabilitas kenyamanan organisasi yang dipimpinnya.
Karakter penguasa ini sangat melalekat dengan keotoriteran. Gaya ini lebih mengedepankan kepentingan, pribadi kelompok serta golongannya. Setiap keputusan itu ada ditangan seorang penguasa. Tak boleh dibantah, karena karakter ini apapun keinginan dan keputusan penguasa adalah yang benar terbaik dan segera di laksanakan.
Gaya seorang dalam kepemimpinan yang memiliki karakter penguasa cenderung terjadinya kegaduhan dan sangat tidak merasa aman dan nyaman berada dalam organisasi yang dipimpinnya. Sebab karakter seorang penguasa itu sangat memelihara manjemen konflik dilingkungan organisasi yang dipimpinnya.
Kelemahan karakter penguasa itu salah satunya ia akan dikelilingi oleh para para penjilat untuk mepertahankan sebuab jabatan yanh diembannya. Meski terkadang ia tak memiliki kemampuan, anak buahnya akan bertindak dan menanamkan sikap asal penguasanya bisa senang.
Terkadang bawahannya tak segan segan memfitnah saudara, sahabatnya asal ia bisa membangun komunikasi dengan seorang penguasa. Pada karakter ini bawahan senantiasi sajikan kabar pertakut, penekanan dan sebagainya. Sehingga sikap yang muncul dari bawahan adalah rasa ketakutan, takut akan kehilangan jabatan dan lainnya.
Tak lagi tertanam rasa segan dan sebuah kehormatan untuk penguasanya. Selain itu karakter seorang penguasa akan lebih memelihara dan mencintai manjemen konflik di organisasinya. Karakter ini akan gampang dinilai termasuk salah satu kegagalan seseorang dalam memimpin, terciptanya kegaduhan di wilayahnya.
Tapi katakter ini juga memiliki kelebihan dalam mengambil keputusan. Sebab keputusan selalu ada di tangan penguasa, sikapnya sangat tegas dalam mengambil keputusannya tanpa bisa dibantah. Meski terkadang mengabaikan nilai nilai kearifan serta cenderung menabrak regulasi regulasi yang ada.
Dari dua karakteristik dalam kepimimpinan itu, pembaca yang budiman anda mengidolakan karakter kepemimpinan yang mana?
Tulisan ini diangkat dari amatan dan pengalaman penulis selama menjadi seorang jurnalis, tak ada menggambarkan, tempat, menyerang pribadi siapapun. Semoga tulisan ini juga bagian dari tugas-tugas seorang jurnalis dalam mencerdaskan pembacanya. Salam santun untuk semua. (SYAMSUL AZWAR, Wartawan Muda)