KOTA SOLOK-Pemerintah Kota Solok dan bundo kanduang memiliki program Bundo Kanduang Masuk Sekolah. Progrm itu bagi dari pembelajaran adat dan Pendidikan karakter.
“Yang tuo dihormati, nan ketek disayangi, nan samo gadang bao baiyo. Kita tidak boleh melupakan jasa orang yang berbuat baik kepada kita, harus kita hormati dan kita hargai,” kata Wali Kota Solok, Zul Elfian Umar saat membuka kegiatan Bundo Kanduang Masuk Sekolah di SMPN 6, Selasa (22/10/2024).
Kegiatan itu juga merupakan pembekalan adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah bagi siswa SD, SMP, MTs dan MAN se-Kota Solok untuk mewujudkan generasi muda yang beradab dan berakhlak.
Wali Kota Zul Elfian Umar mengapresiasi kegiatan tersebut. “Ini merupakan sebuah usaha yang dilakukan Bundo Kanduang Kota Solok untuk menguatkan dan melestarikan adat dan budaya kepada generasi penerus, untuk itu kami mengucapkan terimakasih,” katanya.
“Generasi muda ini merupakan pemilik bangsa ini, menuju Indonesia Emas di usia 100 tahun. Kita ingin mereka menjadi manusia hebat di masa mendatang, menjadi orang hebat yang mendunia dengan tidak meninggalkan adat dan budaya Minangkabau,” kata dia..
Kepada siswa, wali kota minta ilmu yang diberikan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. “Kita berkomitmen dan menyepakati ABS-SBK menyeluruh di Kota Solok. Semoga generasi muda kita menjadi generasi cerdas intelektual, emosional dan spiritual,” katanya.
Ketua Bundo Kanduang Kota Solok, Sitta Novembra mengatakan, program bundo kanduang masuk sekolah dilaksanakan guna menyampaikan adat istiadat, adab dan akhlak kepada generasi muda dengan peserta yang berasal dari sekolah se-Kota Solok
Ketua TP PKK. Zulmiyetti Zul Elfian Umar mengatakan, program ini sangat berguna membentuk generasi berakhlak mulia, beriman dan bertaqwa serta berbakti kepada orang tua.
“Bundo Kanduang Kota Solok luar biasa menjaga dan melestarikan adat istiadat. Kami berterimakasih kepada bundo kanduang yang telah menggelar kegiatan ini,” ucapnya.
Ketua LKAAM Kota Solok, Rusli Khatib Sulaiman menyebutkan, istilah ketek taraja-raja, gadang tabao-bao, gaek tarubah indak, memang nyata dalam kehidupan, dan yang paling mahal harganya hari ini adalah etika dan rasa malu. (*)