SOLOK-Bupati Solok, Epyardi Asda baru-baru ini viral di media sosial. Dia mengeluarkan pepatah Minang yang sarat dengan nilai-nilai. Kandungan nilai yang disampaikan, tiap negeri itu ada pemiliknya. Tiap negeri ada tokoh yang mesti dihormati.
Makna lain, tiap rumah ada pemilik dan penghuninya. Maka, ketika ketika memasuki rumah atau negeri orang, harus lah pamit terlebih dahulu. Jangan menyelonong saja.
Dikatakan Epyardi, negara ini ada aturannya. “Ciek lasuang ciek ayam gadang, ciek rumah gadang, ciek tungganai,” kata Epyardi.
Terlepas dari persoalan itu, Kabupaten Solok memiliki beragam potensi alam dan wisata. Ada danau, gunung, air panas, kebun teh dan ada pula ayam kukuak balenggek.
Ayam kukuak balenggek juga merupakan ikon Kabupaten Solok. Lantaran jadi ikon, ayam kukuak balenggek dijadikan tugu di Arosuka. Masyarakat menyebutnya dengan tugu ayam.
Ayam balenggek merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari Kecamatan Payung Sukaki dan Tigo Lurah, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Ayam ini mempunyai kemampuan yang cukup untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.
Ayam kukuak balenggek sudah mendunia sejak 1981. Awalnya, seorang insinyur dari Belanda yang membawa sepasang ayam tersebut ke negaranya karena terkesan dengan suaranya yang berirama merdu.
Beberapa tahun kemudian, ada seorang pejabat yang memberikan cinderamata kepada pangeran Askishinonomiya Fumihito dari Jepang berupa ayam kukuak balenggek karena dia sangat terkesan dengan keunikan ayam kukuak balenggek ini. Pemerintah Kabupaten Solok antusias dan menjadikan salah satu unggas yang langka ini sebagai maskot fauna.
Ayam kukuak balenggek atau balenggek merupakan asli lokal yang berkembang di Simanau, Simiso Batu Bajanjang, Garabak Data, Rangking Luluih. Ayam tersebut tergolong ke dalam ayam penyanyi karena mempunyai suara kokok yang merdu dan enak untuk didengar yang perlu untuk dikembangbiakan.
Tugu ayam balenggek dibangun pada masa pemerintahan Bupati Gamawan Fauzi. Bila datang dari arah Kota Solok, maka tampak jelas kalau moncong ayam itu mengarah ke Padang. (*)