Berita  

Bupatinya Berseteru dengan Gubernur, Kabupaten Ini Sukses Pindah Ibu Kota

Kantor Bupati Solok di Arosuka
Kantor Bupati Solok di Arosuka

SOLOK-Hubungan antara Solok Epyardi Asda dengan Gubernur Sumbar, Mahyeldi sedang ramai diperbincangkan di media sosial.

Hubungan keduanya agak memanas. Namun, dalam politik hal itu biasa. Hari ini situasi panas, lain kali akan senyum-senyum sambil ngopi bareng.

Disebut-sebut, keduanya akan bertarung dalam pilgub Sumbar mendatang. Meski sedang terjadi hubungan yang memanas, kabupaten yang dipimpin Epyardi Asda sukses pindahkan ibukota.

Nah, kalau mau belajar tentang pemindahan ibu kota, belajar ke Kabupaten Solok. Ibu kota yang baru kini berdiri megah.

Bupati Solok, Epyardi Asda dikenal sebagai figur yang bicara lugas dan langsung ke pokok persoalan. Karakternya keras dan tegas. Hingga kini ucapannya terus dibahas banyak orang di media sosial.

Epyardi merupakan figur yang bicara apa adanya. Intonasi bicara dia kerap keras kalau menyangkut dengan hal-hal yang ia anggap bertentangan dengan aturan. Kerap kali ketegasannya viral di medis sosial.

Dalam sebuah video, Bupati Solok, Epyardi Asda terkesan marah ke Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah. Sang gubernur ia anggap memasuki wilayah yang ia pimpin, tanpa sepengetahuan dia.

Dalam rekaman yang beredar melalui grup WhatsApp itu, Epyardi menyoroti kedatangan Mahyeldi ke sebuah rumah warga di Nagari Jawi-Jawi, Kecamatan Gunung Talang.

Baca Juga  RSUD Sawahlunto Ada Sejak Zaman Belanda, Hingga Kini Masih Tipe C, Kasihan Banget

Pemindahan ibu kota dari Jakarta ke IKN di Kalimantan jadi isu politik yang mewarnai pemilihan presiden dan wakil presiden. Ada calon presiden yang akan melanjutkan pembangunan Ibu Kota Nusantara dan ada pula yang tetap menjadikan Jakarta sebagai ibu kota negara.

Kabupaten Solok punya cerita sukses tentang pemindahan ibu kota. Waktu itu, Kabupaten Solok dipimpin Bupati Gamawan Fauzi. Bupati Gamawan yang memiliki gagasan besar memindahkan ibu kota dari Koto Baru di Kecamatan Kubung ke Arosuka di Kecamatan Gunung Talang.

Pemindahan ibu kota itu dilandasi oleh keterbatasan lahan untuk pembangunan fasilitas pemerintahan di Koto Baru. Kalau pembangunan tetap dilaksanakan, konsekuensinya sawah masyarakat yang akan terpakai. Di lain pihak, Kabupaten Solok merupakan daerah pertanian dan terkenal sebagai daerah dengan kualitas terbaik.

Lahan yang dipakai di Arosuka merupakan sebuah workshop Departemen Pekerjaan Umum. Di sana menjadi tempat perbaikan alat-alat berat, sekaligus sebagai tempat standby alat berat kalau terjadi bencana, misalnya longsor.

Lahan kosong itulah yang disulap jadi pusat pemerintahan. Nama Arosuka dipakai, lantaran ibu kota itu terletak di wilayah, masing-masing Kayu Aro dan Sukarami. Nama Arosuka itu mengadopsi dua daerah tersebut jadi satu. Dengan demikian, persoalan nama jadi clear dan diterima semua pihak.

Baca Juga  Berjarak Puluhan Kilometer dari Padang, Ini Kecamatan Penghasil Bawang Merah di Kabupaten Solok

Di Arosuka, Gamawan Fauzi membangun kantor pemerintahan dalam satu komplek. Dalam pusat pemerintahan itu, ada pula gedung DPRD, sehingga urusan jadi lancar dan mudah.

Pembangunan di Arosuka juga berkelanjutan. Setelah Gamawan Fauzi jadi Gubernur Sumatera Barat, berbagai fasilitas pemerintahan di Arosuka dilanjutkan Bupati Gusmal dengan Wakil Bupati Desra Ediwan. Sejumlah ruas jalan juga dibangun guna mewujudkan wajah sebuah kota.

Selain itu, rumah sakit juga didirikan di Arosuka. Pembangunan Arosuka selanjutnya juga dilanjutkan pasangan Syamsu Rahim dan Desra Ediwan. Pembangunan berkelanjutan juga dilakukan oleh pemimpin-pemimpin daerah berikutnya. (*)

Baca berita lainnya di Google News




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *