Daerah  

Zidan dan Lia, Sejoli Gajah yang Jadi Magnet bagi Wisatawan di Kebun Binatang Bukittinggi

Kandang gajah di kebun binatang Bukittinggi
Kandang gajah di kebun binatang Bukittinggi

BUKITTINGGI-Zidan dan Lia merupakan sepasang Gajah Sumatera yang menjadi penghuni kandang di Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi. Gajah itu jadi magnet bagi warga yang berkunjung ke kebun binatang itu.

Kandang besi berwarna hijau itu berada di sisi kiri dari pintu masuk destinasi wisata terkenal hingga mancanegara tersebut, bersebelahan dengan ujung masuk ke Jembatan Limpapeh.

Zidan adalah gajah jantan Sumatera yang didatangkan dari Pusat Pelatihan Gajah (PLG) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau, hingga Agustus usia mamalia terbesar di dunia itu diperkirakan sudah mencapai 40 tahun. Saat ini bobotnya mencapai empat ton.

Sedangkan, Lia, gajah betina yang bobotnya mencapai tiga ton, juga gajah asal Riau tetapi didatangkan dari Taman Satwa Kandi Sawahlunto.

Ketua Tim Fauna dan Flora Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi, Yoli Zulfanedi baru-baru ini mengatakan, dulunya memang si gajah jantan Zidan mendapatkan pasangan gajah betina, namun mengalami kematian. Kemudian, didatangkan gajah betina yang diberi nama Lia.

Baca Juga  Hanung Bramantyo Garap Film Dokumenter di Pesisir Barat, Sebuah Succes Story Desa Para Pemimpin

Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan atau Kebun Binatang Bukittinggi juga menjadi lembaga konservasi, selain sebagai destinasi wisata sehingga satwa yang ada dihadirkan harus berpasangan.

“Iya, kita sebagai lembaga konservasi memang harus memiliki satwa endemik, gajah salah satunya. Satwa yang ada itu harus berpasangan, dulu ada gajah betina yang mati, kemudian kita harus mendatangkan teman hidup bagi Zidan, sehingga kita datangkan dari Taman Satwa Kandi Sawahlunto, Lia juga gajah asal Riau, gajah Sumatera,” ujarnya.

Dikatakan, untuk melakukan perkembangbiakan gajah tidak mudah, berbeda dengan satwa lainnya. Hal itu yang mempengaruhi populasi gajah terus mengalami penurunan. Belum lagi di beberapa wilayah di belahan dunia itu gajah masih dihadapkan dengan perburuan hingga pembunuhan.

“Jadi gajah yang kita miliki ini belum pernah menghasilkan keturunan dikarenakan untuk melakukan perkawinan gajah itu tidak semudah bagi hewan lain. Sebagai lembaga konservasi terhadap satwa gajah membutuhkan skill dan fasilitas yang memadai,” katanya

Baca Juga  Anies Juara di Tanah Datar, Bisakah Gerakan Perubahan Berlanjut di Pilkada?

Yoli Zulfanedi menyebutkan, Zidan atau gajah jantan itu sudah tergolong gajah dewasa tua. Ketika di tempat penangkaran, satwa lebih mampu memiliki usia yang relatif panjang, jika dibandingkan mereka hidup di habitat aslinya. (*)

Baca berita lainnya di Google News




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *