Daerah  

Longsor Limbah PLTU Ombilin Diduga Cemari Sungai, Ancam Puluhan Ribu Jiwa

LImbah yang dihasilkan PLTU Ombllin yang diduga mencemari sungai
LImbah yang dihasilkan PLTU Ombllin yang diduga mencemari sungai

SAWAHUNTO-Sungai Batang Ombilin yang selama ini menjadi salah satu sumber kehidupan bagi warga Sawahlunto, kini terancam pencemaran serius.

Longsoran abu dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Ombilin diduga telah mencemari aliran sungai tersebut. Longsoran membawa material fly ash dan bottom ash yang seharusnya dikelola dengan aman.

Seperti yang dilansir tvone.com, kejadian ini dipicu hujan deras yang mengguyur Desa Sijantang yang menyebabkan material abu bercampur dengan tanah longsor dan mengalir ke sungai. Dampak dari longsoran ini tidak hanya mencemari aliran sungai, tetapi juga mengancam rusaknya ekosistem di sepanjang jalur sungai tersebut. Ancaman ini kian nyata bagi warga Desa Rantih di Kecamatan Talawi yang terletak di hilir sungai.

Di Desa Rantih, aliran sungai yang tercemar membawa risiko besar karena air dari Sungai Batang Ombilin dipompa instalasi PDAM Sawahlunto untuk memenuhi kebutuhan air bersih ribuan rumah di Kecamatan Barangin, Sawahlunto.

Jika pencemaran ini tidak segera ditangani, dampaknya bisa sangat merusak, baik bagi lingkungan maupun kesehatan masyarakat yang memakai air dari PDAM pompa rantih.

Saat tim investigasi tiba di lokasi pada 22 Agustus lalu, alat berat terlihat bekerja keras untuk membersihkan material abu yang menutupi sebagian besar badan sungai.

Baca Juga  Perangkat Nagari Saok Laweh Belajar ke Nagari III Koto Aur Malintang

Seorang warga setempat, Nurasrul yang telah hidup selama 70 tahun di daerah ini, saat dikonfirmasi menyampaikan rasa cemasnya. “Limbah abu tersebut terus mengalir ke Batang Ombilin dan menutupi aliran sungai sehingga mengancam ekosistem di sekitarnya,” ungkap Nurasrul.

Ia menambahkan, meskipun proyek penghijauan di sekitar PLTU telah berlangsung sekitar lima bulanan, ancaman pencemaran masih tetap ada karna longsoran sisa limbah tersebut tersebut mencemari dan menutup aliran sungai.

Nurasrul mengatakan, sebelumnya ada tempat pembuangan khusus di GTC (Guguak Tinggi Coal) di Sapan, tetapi sekarang limbah hanya ditumpuk di dalam PLTU.

Pencemaran ini berpotensi membahayakan kesehatan puluhan ribu jiwa yang bergantung pada pasokan air bersih dari PDAM pompa Rantiah Sawahlunto. Partikel air yang tercemar bisa masuk ke sistem distribusi air bersih, membawa dampak jangka panjang yang sangat mengawatirkan bagi kesehatan masyarakat setempat.

Menanggapi insiden ini, Asisten Manajer Umum PLTU, Elvita Burnama memberikan klarifikasi. Dia menyatakan, longsoran limbah abu ini disebabkan curah hujan yang tinggi.

“Abu tersebut merupakan abu dari 10 tahun yang lalu yang sudah direklamasi,” jelas Elvita.

“Kami telah menurunkan alat berat untuk melakukan pembenahan, dan berharap musibah ini dapat dipulihkan secepatnya,” tambahnya.

Baca Juga  Soal Oknum Mafia Tanah, Ini Harapan Ketua Garda Timur Indonesia

Elvita menambahkan, PLTU telah mengambil langkah-langkah untuk memperkuat tanah guna mencegah longsor lebih lanjut dan berencana melanjutkan upaya penguatan serta penanaman kembali di area yang terdampak.

Namun, ia juga mengakui dalam beberapa bulan terakhir, PLTU tidak lagi memiliki tempat pembuangan abu yang memadai setelah kontrak dengan GTC (Guguk Tinggi Coal) habis pada Februari lalu.

Penjabat Wali Kota Sawahlunto Fauzan Hasan saat dikonfirmasi, mengakui tidak mengetahui kejadian tersebut dan belum adanya laporan kepadanya dari organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.

“Nanti saya cek ke OPD terkait karena belum ada laporan terkait hal ini,” kata dia. (tim)

Baca berita lainnya di Google News




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *