GUNUNGSITOLI-Dinas Pendidikan Kota Gunungsitoli didesak segera mencopot atau mengevaluasi jabatan kepala UPTD SDN 071065 Hilimanaze, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, Kota Gunungsitoli, Sumatera Utara.
Pasalnya, kurangnya kedisiplinan para guru kebanyakan datang terlambat dan kadang proses belajar mengajar baru di mulai lewat jam 08.00. Apalagi, kepala sekolah yang kedatangannya di atas pukul 09.00 dan kadang pergi lagi di atas pukul 10.00.
Kondisi itu ini disampaikan seorang orang tua murid, Sabtu (5/8/2023).
Ditegaskannya, akibat para guru sering terlambat dan banyak siswa yang hilir mudik dengan bermain di luar sekolah tanpa pengawasan, orang tua khawatir dengan anak-anak yang main-main saja di jam sekolah dan berada di jalan umum yang banyak kendaraan lalu lalang.
“Ini memang sudah berlangsung cukup lama. Selain membahayakan keselamatan murid-murid, perilaku guru yang tidak disiplin merugikan murid. Pasalnya minimnya kegiatan belajar mengajar mempengaruhi tingkat kecerdasan anak,” terangnya.
Bukan hanya itu, kebersihan di lingkungan sekolah tak sedap dipandang mata. Kondisi toilet memprihatinkan dan bau. Siswa terkadang kencing sembarangan di belakang sekolah, sehingga berpotensi menjadi sumber penyakit bagi lingkungan sekitar.
“Selama tujuh tahun telah menjabat kepala sekolah di sini, jumlah siswa bukannya meningkat melainkan berkurang dan jika kepala sekolah masih masih dipertahankan, maka mutu pendidikan dan kedisiplinan di SDN 071065 Hilimanaze akan semakin merosot,” kata dia.
Tokoh masyarakat setempat sebut saja BB, menyesali dengan sikap dan tindakan kepala sekolah karena setiap ada pelaksanaan kegiatan di lingkungan sekolah tidak pernah menghargai dan tanpa koordinasi baik terhadap tokoh masyarakat maupun kepada pengurus komite.
“Buktinya pada proses pembangunan WC yang sekarang lagi berjalan, bukan warga setempat yang diberdayakan untuk menjadi tukang dan kernek bangunan, namun warga desa lain. Jadi, kami tidak terima dengan sikap yang seperti tersebut,” ungkapnya.
Ia menuturkan, pada 2022, ada pembangunan di sekolah dan bangunan lama dibongkar dan seterusnya sisa bongkaran bangunan tersebut masih misterius sampai detik ini.
“Bahan bongkaran itu seperti seng, kayu dan yang lainnya langsung di bawa ke Dinas Pendidikan Kota Gunungsitoli kata kepala tukang kepada kami dan seharusnya itu menjadi aset sekolah dan kami juga tidak tau sampai sekarang dimana aset itu dan berita acara pun tidak pernah kami lihat,” tuturnya.
Ketua Komite di SDN Hilimanaze, Faoatulo Bate’e membenarkan keluhan dari beberapa orangtua siswa memang ada dan ia telah menyampaikan secara via WhatsApp kepada kepala sekolah untuk mendisiplinkan guru dan siswa. Namun, tidak digubris.
“Karena tidak ada respon, saya langsung datang di sekolah pada 4 Agustus 2023 sekitar pukul 07.15 dan ternyata pukul 07.40, siswa baru dibariskan oleh salah seorang guru dan kepala sekolah. Sedangkan, guru yang lain tidak ada,” katanya.
Ketua komite mengatakan, kejadian ini sebenarnya sudah bertahun-tahun dan ironisnya lagi setiap kegiatan yang ada di sekolah yang berkaitan dengan pembangunan.
“Kepala sekolah tidak pernah koordinasi terhadap pengurus komite,” kata dia.
Faoatulo Bate’e menambahkan, seharusnya WC atau toilet yang ada di sekolah itu tak perlu dibangun ulang karena sudah kian ada dari UNICEF dan masih utuh tapi kurang terawat disebabkan belum ada sumber air.
Anehnya lagi, ada dua ruangan kelas dijadikan gudang barang yang tidak bisa terpakai dengan berserakan seperti tumpukan sampah.
“Kami minta kepada Dinas Pendidikan Kota Gunungsitoli dan agar mengevaluasi dan kalau bisa dipindahkan kepala sekolah agar kedisplinan dan kemajuan dapat tercapai demi anak anak di SDN Hilimanaze,” katanya.
Kepala SDN Hilimanze, Vertille Gea saat dijumpai mengatakan, terkait kedisplinan yang ia terapkan tetap berjalan dan begitu juga dengan kehadiran guru karena pada pagi hari ada piket yang bertugas.
“Mengenai kegiatan pembagunan pada 2022 yang lalu sudah dikerjakan pemborong dan untuk kegiatan WC yang baru dibangun ini adalah sisa dari dana BOS. Saya bukan pemborongnya dan itu pun sudah diketahui kepala desa pada waktu itu. Sementara, WC yang lagi dibangun saat ini, biaya diambil dari sisa dana BOS dan kekurangannya sumbangsih dari rekan-rekan guru,” katanya. (YL)